FC Bayern Munich FC Bayern Munich

Selasa, 06 Mei 2014

SEJARAH TENTARA REPUBLIK INDONESIA


Sejarah TNI
Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional. Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern.

Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi agresi Belanda, maka bangsa Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut. Dengan demikian, integritas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

Sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akhir tahun 1949 dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya. Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).

Sistem demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959, mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politisi yang terlalu jauh dalam masalah intern TNI mendorong terjadinya Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan adanya keretakan di lingkungan TNI AD. Di sisi lain, campur tangan itu mendorong TNI untuk terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) yang ikut sebagai kontestan dalam Pemilihan Umum tahun 1955.

Periode yang juga disebut Periode Demokrasi Liberal ini diwarnai pula oleh berbagai pemberontakan dalam negeri. Pada tahun 1950 sebagian bekas anggota KNIL melancarkan pemberontakan di Bandung (pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA), di Makassar Pemberontakan Andi Azis, dan di Maluku pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Sementara itu, DI TII Jawa Barat melebarkan pengaruhnya ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pada tahun 1958 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) melakukan pemberontakan di sebagian besar Sumatera dan Sulawesi Utara yang membahayakan integritas nasional. Semua pemberontakan itu dapat ditumpas oleh TNI bersama kekuatan komponen bangsa lainnya.

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.

Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok politik tertentu. Namun hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari komunisme internasional yang senantiasa gigih berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia termasuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk kepentingan politiknya.

Upaya PKI makin gencar dan memuncak melalui kudeta terhadap pemerintah yang syah oleh G30S/PKI, mengakibatkan bangsa Indonesia saat itu dalam situasi yang sangat kritis. Dalam kondisi tersebut TNI berhasil mengatasi situasi kritis menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.

Dalam situasi yang serba chaos itu, ABRI melaksanakan tugasnya sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan hankam, ABRI menumpas pemberontak PKI dan sisa-sisanya. Sebagai kekuatan sospol ABRI mendorong terciptanya tatanan politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen.

Sementara itu, ABRI tetap melakukan pembenahan diri dengan cara memantapkan integrasi internal. Langkah pertama adalah mengintegrasikan doktrin yang akhirnya melahirkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma (Cadek). Doktrin ini berimplikasi kepada reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri. Disisi lain, ABRI juga melakukan integrasi eksternal dalam bentuk kemanunggalan ABRI dengan rakyat yang diaplikasikan melalui program ABRI Masuk Desa (AMD).

Peran, Fungsi dan Tugas TNI (dulu ABRI) juga mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, sejak tahun 1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain:


  • Pertama, merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI.
  • Kedua, merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau ke masa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI Abad XXI. 
  • Ketiga, pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal.
  • Keempat, penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status. (Kep: 03/)/II/1999).  
  • Kelima, penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-I.
  • Keenam, penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik. 
  • Ketujuh, TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day Politics. 
  • Kedelapan, pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.
  • Kesembilan, komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam Pemilu.
  • Kesepuluh, penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).
  • Kesebelas, revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan Peran ABRI Abad XXI. 
  • Keduabelas, perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos.
  • Ketigabelas, perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster). 
  • Keempatbelas, penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem dan Sospoldim. 
  • Kelimabelas, likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI dan Babinkar ABRI.
  • Keenambelas, penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-yayasan milik TNI/Badan Usaha Militer. 
  • Ketujuhbelas, likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI. 
  • Kedelapanbelas, penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda. 
  • Kesembilanbelas, penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak tahap penyaringan; 
  • Keduapuluh, penghapusan Posko Kewaspadaan;
  • Keduapuluhsatu, pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI. 
  • Keduapuluhdua, likuidasi Organisasi Kaster TNI. 
  • Keduapuluhtiga, likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI No.21/ VI/ 2005. 
  • Keduapuluh empat, berlakunya doktrinTNI “Tri Dharma Eka Karma (Tridek) menggantikan “Catur Dharma Eka Karma (Cadek) sesuai Keputusan Panglima TNI nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.
Sebagai alat pertahanan negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik negara

Senin, 28 April 2014

KOPASUS



















Ada Wanita Hebat Dibalik Kesuksesan Seorang Pria Perwira

Ada Wanita Hebat Dibalik Kesuksesan Seorang Pria

12 11 2010
Ungkapan ini begitu akrab di telingaku, Dibalik kesuksesan seorang pria, ada sosok wanita kuat di belakangnya. Quotes tersebut memang benar menurutku :)
Sosok wanita yang paling sering disebut-sebut menjadi tokoh dibalik kesuksesan seorang pria tak lain tak bukan adalah sosok ibu atau pasangan (istri/pacar). kedua sosok ini memang tak bisa dipisahkan dari seorang pria.
Sosok wanita tersebut tak hanya menguatkan di saat pria lemah, namun juga sebagai motivator di saat  pria terpuruk. Wanita juga kadang menjadi pundak saat pria kelelahan atau menangis. Dan wanita yang pasti menjadi sosok inspirational dan bahan penyemangat bagi seorang pria.
Itulah hebatnya seorang wanita, dibalik sosoknya yang lembut, mereka menyimpan kekuatan besar. Wanita bisa meneduhkan dibalik senyumannya, wanita bisa menenangkan dibalik tutur lembutnya, dan bisa menaklukkan dibalik sentuhannya.
Dan berikut ini adalah salah satu Wanita Indonesia yang tangguh yang berada dibalik kesuksesan seorang pria, Ibu Ani Yudhoyono.
Ibu Ani dan Pak SBY 1

Ibu Ani dan Pak SBY 2


Ibu Ani dan Pak SBY 3



Seperti yang dilansir dari wikipedia, nama lengkap Ibu Ani adalah Kristiani Herrawati, lahir di Yogyakarta, 6 Juli 1952. Ibu Ani merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dan Hj. Sunarti Sri Hadiyah. Menikah dengan SBY pada tanggal 30 Juli 1976, ketika SBY baru saja dilantik menjadi Perwira TNI dan menjadi lulusan terbaik.
Ia sempat kuliah Jurusan Kedokteran di Universitas Kristen Indonesia, tetapi pada tahun ketiga meninggalkan bangku kuliah karena menikah dengan SBY. Ani melanjutkan kuliahnya di Universitas Merdeka dan lulus dengan gelar Sarjana Ilmu Politik di tahun 1998.
Pernah memegang jabatan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, ia juga aktif dalam kegiatan sosial di Persit Kartika Chanda Kirana (Persatuan Istri Tentara), Dharma Pertiwi, dan Dharma Wanita selama SBY menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada era Pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan era Pemerintahan Megawati Soekarno Putri

NKRI Harga Mati














Kopasus Cantik

Sersan Kopassus Cantik Kaget Fotonya Beredar Luas

Sersan Kopassus Cantik Kaget Fotonya Beredar Luas
Kopassus identik dengan prajurit pria, namun dalam beberapa tahun belakangan justru dalam satuan elit ini terdapat prajurit wanita yang sebelumnya pernah menjadi model disalah satu majalah Ibukota.
Wanita cantik ini bernama Sersan Dua Eka Patmawati, dia lebih memilih menjadi prajurit Kopassus dibandingkan dengan karirnya sebagai model. Dunia Kopassus sebenarnya tidak asing lagi bagi Eka, karena ayahnya sendiri seorang anggota Kopassus, Diakuinya tertarik terjun di dunia militer karena ingin seperti Sang Ayah yang juga prajurit Kopassus.
“Mungkin awalnya saja juga tidak kebayang ya, mengapa saya jadi Kopassus. Kebetulan dari background keluarga saya juga yang dari Kopassus dan masih aktif. Mungkin awalnya saya ingin jadi peneruslah di keluarga saya. Apalagi saya kan anak pertama,” terang Sersan Eka di Jakarta beberapa waktu lalu.
Tahun 2012 lalu, saat pameran aluysita TNI di lapangan Monas Jakarta Pusat, sersan Eka bersama teman - teman prajurit wanita Kopassus dengan ramah menyapa para pengunjung yang ingin foto bersamanya.
Wanita berusia 24 tahun bangga mengenakan baret merah seperti anggota Kopassus yang lain. Menurutnya jadi Kopassus yang paling seru.
“Saya pernah jadi guru bahasa Inggris, lalu coba jadi sekretaris di perusahaan internasional,” terangnya.
Kini Eka menjabat sebagai Sersan Dua Kowad Kopasus sudah kurang lebih 2,5 tahun dan  menjadi staff pribadi Danjen Kopassus.

Setelah kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, beredar foto wanita anggota Kopassus. Tentu saja foto ini tak ada hubungannya dengan kasus penyerangan tersebut. Foto beredar melalui postingan di jejaring sosial, facebook, twitter, bahkan BBM.

Judul fotonya saja Kopassus cantik. Dalam foto ini tampak seorang wanita dengan pakaian loreng Kopassus darah mengalir, lengkap dengan baret merah dan semua brevet Kopassus. Tak lupa sebuah kacamata hitam menambah manis wajahnya yang ayu. Foto itu pun menimbulkan kehebohan di dunia maya.
Banyak orang bertanya benarkah ada anggota Kopassus secantik ini? Atau cuma model yang mengenakan pakaian Kopassus?

Ternyata wanita ini benar - benar anggota Kopassus. Namanya Sersan Dua Eka Patmawati.
"Saya kaget foto saya banyak di google, BBM, dan juga facebook. Saya juga nggak tahu itu foto itu bisa ada dan tersebar," ucap sersan cantik ini sambil tertawa saat berbincang, Selasa (16/4).
Eka mengaku tidak tahu siapa yang menyebarkan foto itu. Tapi dia tidak marah fotonya jadi beredar luas. Dia cuma tertawa-tawa.
"Nggak marah kok," katanya.
Ketika sejumlah orang yang meminta foto saat HUT Kopassus, Eka dengan senang hati berpose. Komando!

Tak cuma cantik, Sersan Kopassus Eka juga jago tembak dan terjun.
Sersan Dua Eka Patmawati mungkin layak dinobatkan jadi anggota Kopassus paling cantik. Ternyata tak cuma cantik, wanita yang pernah jadi model ini juga tangguh. Sersan Eka jago menembak dan terjun bebas alias freefall. Kemampuan freefall ini cuma dimiliki tentara di satuan elite. Komando!
"Saya baru selesai terjun bebas. Di Kopassus, wanita dituntut harus bisa semua," kata Sersan Eka saat berbincang, Selasa (16/4).
Menurut Eka, menjadi anggota Kopassus sangat membanggakan. Apalagi pasukan ini disebut-sebut sebagai pasukan terbaik nomor tiga di dunia setelah Inggris dan Israel. Setiap prajurit pun dilatih untuk menjadi yang terbaik.
"Di sini kita dituntut untuk bisa berprestasi. Dari awal tes secara psikologi dan fisik, pastinya di Kopasus fisiknya harus lebih dari pada yang lainnya," jelasnya sambil tersenyum manis.
Menurut Eka, prajurit wanita Kopassus lainnya pun berprestasi. Mereka kerap menyabet penghargaan di bidang militer maupun olahraga.
"Iya, ada yang ahli menembak, panahan, terjun payung, dan lain-lain," kata wanita berdarah Makassar ini.

Sersan Eka, model cantik ini pilih jadi Kopassus.
Imej Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) adalah, kuat, hebat, dan berani. Melihat baret merah saja, orang sudah takut. Siapa sangka ada juga tentara Kopassus yang jelita.
Anggota Kopassus tersebut bernama Sersan Dua, Eka Patmawati. Dulunya wanita cantik ini adalah seorang model salah satu majalah di Jakarta. Demi menjadi tentara, Eka rela meninggalkan karirnya sebagai model.
"Saya sersan dua kurang lebih 2,5 tahun. Dari awal saya masuk pendidikan sekolah calon bintara (Secaba) umum. Lalu kita anggota Kowad, diseleksi dulu untuk menjadi Kowad (Korps wanita TNI AD) Kopassus," kata Sersan Eka di sela-sela HUT TNI, Selasa (16/4).
Eka bercerita, menjadi Kowad Kopasus dengan Kowad - Kowad yang lain sangat jauh berbeda. Namanya juga pasukan khusus, tentu latihannya juga jauh lebih berat. Prajurit wanita juga diperlakukan sama baik secara pendidikan maupun keseharian dengan Kopassus Pria.
"Jadi, dalam menempuh Baret, dari namanya saja, berani, benar dan berhasil dari baret merah itu sendiri jadi membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Tidak hanya pria, kita Kowad Kopasus juga menunjukkan harus bisa seperti yang lainnya," tegas wanita berusia 24 tahun ini.
Eka mengaku betah berdinas. Sehari-hari dia bertugas sebagai staf pribadi Danjen Kopassus Mayjen Agus Sutomo. Sebagai tentara, disiplin pun jadi tuntutan.
"Meskipun hari libur atau di luar dari jam dinas kita dipanggil. Jadi, kita harus tetap standby. Tetap melaksanakan perintah atasan," katanya.
Siap Sersan Eka. Komando!

Kenapa Sersan Eka pilih jadi Kopassus daripada model?
Sersan Dua Eka Patmawati memilih masuk Kopassus dan meninggalkan karirnya sebagai model. Dia memilih menjadi anggota pasukan baret merah yang dikenal sebagai pasukan elite. Rupanya Sersan Eka punya alasan khusus, ayahnya juga seorang anggota Kopassus.
"Mungkin awalnya saja juga tidak kebayang ya, mengapa saya jadi Kopassus. Kebetulan dari background keluarga saya juga yang dari Kopassus dan masih aktif. Mungkin awalnya saya ingin jadi peneruslah di keluarga saya. Apalagi saya kan anak pertama," ujar Sersan Eka saat berbincang, Selasa (16/4).
Wanita berusia 24 tahun ini tak menyesal menjalani pelatihan berat untuk menjadi Kopassus. Kini Eka pun bangga mengenakan baret merah seperti anggota Kopassus yang lain. Menurutnya jadi Kopassus yang paling seru.
"Saya pernah jadi guru bahasa Inggris, lalu coba jadi sekretaris di perusahaan internasional," akunya.
Terakhir Sersan Eka berpesan untuk para remaja yang juga ingin menjadi seorang militer khususnya Kopassus agar terus melanjutkan cita-citanya dan jangan ragu.
"Bagi teman-teman sekalian, jangan takut jadi militer. Wujudkan cita-cita selagi ada kesempatan," tambahnya.

Sersan Eka, prajurit Kopassus tercantik.
Sersan Dua Eka Patmawati pernah menjadi model di salah satu majalah di Jakarta dan pernah mengajar menjadi guru.

Sersan Kopassus cantik mengaku masih jomblo
Sersan Dua Eka Patmawati mungkin anggota Kopassus yang paling cantik. Di tengah pasukan baret merah yang gagah perkasa, sosoknya kerap menjadi perhatian. Lalu apakah gadis berusia 24 tahun ini sudah ada yang punya?
"Belum. Saya belum punya pacar kok," kata Sersan Eka sambil tertawa saat berbincang, Selasa (16/4).
Eka mengaku terlalu sibuk menjadi tentara. Setiap hari dihabiskan untuk latihan atau menjalankan tugas sebagai asisten pribadi Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo. Kadang saat akhir pekan, dia masih harus menyelesaikan tugas.
"Nggak sempat, nggak ada waktu. Namanya tentara kalau Sabtu-Minggu dipanggil ya harus siap," kata wanita berdarah Makassar ini.
Eka sebenarnya punya rumah pribadi di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Karena jauh dia kemudian tinggal di mess wanita Kopassus bersama rekan-rekannya.
"Seminggu sekali biasa baru pulang. Tapi kalau banyak tugas ya tidak pulang," kata gadis manis ini tersenyum.